Afiliasi dari berbagai komunitas yang secara intens menggali dan mengembangkan strategi-taktik perang Sun Tzu, Jiang Zi Ya, Sun Bin, Zhuge Liang, Pang Tong, Cao-Cao, Zhao Yun, Sima Yi, Qi Ji Guang, Mao Zedong, Gengis Khan, Subutai, Kuribayashi, Isoroku Yamamoto, Tomoyuki Yamashita, Yosua, Leonidas, Miltiades, Alexander Agung, Hannibal, Julius Caesar, Mochtar At Tsaqafi, Khalid ibn al-Walid, Shalahuddin Al Ayyubi, Mehmed II, Suleiman I, Mustafa Kemal, Sudirman, Hasan Nasrallah dan lain-lain.

Bagaimana Menerapkan Strategi 7 : Ciptakan Sesuatu Yang Sebenarnya Tidak Ada?



Lakukan trik dan tipuan untuk mensiasati musuh. Ketika trik dan tipuan tersebut terbongkar, buat tipuan menjadi kenyataan. Menutupi kebenaran dengan tipuan akan mensiasati musuh. Serang musuh ketika penjagaannya lemah. Anda menggunakan tipu daya yang sama dua kali. Setelah bereaksi terhadap tipuan pertama dan –biasanya- kedua, musuh akan ragu-ragu untuk bereaksi pada tipuan yang ketiga. Oleh karenanya, tipuan ketiga adalah serangan sebenarnya untuk menangkap musuh saat pertahanannya lemah. Buatlah sesuatu untuk hal kosong atau sebuah ilusi.


Untuk memahami bagaimana strategi dan taktik ini diaplikasikan atau diterapkan dalam bidang mana pun. Entah Aplikasinya dalam dunia perang/militer, politik, bisnis, percintaan, dan keseharian kita. Jangan berhenti, teruslah membaca sampai tuntas.


Studi Kasus Peperangan I

Di era Dinasti Tang, terjadi pemberontakan yang dibawahi oleh An Lushang. An Lushang menyerang Kota Yongniu yang saat itu dipertahankan oleh Jenderal Zhang Xun. Zhang Xun mulai khawatir ketika sadar kalau tentaranya kehabisan anak panah. Untuk menyiasati hal ini, Zhang Xun kemudian membuat ribuan buah boneka jerami.

Ketika malam tiba, Zhang Xun meletakkan boneka jerami tersebut di pinggir kota, menggantungnya di dinding benteng sementara yang lain disimpan di tepi dinding benteng. Dia kemudian menyuruh anak buahnya berteriak seolah mau menyerang pasukan An Lushang pada malam hari.

An Lushang yang tidak menyadari kalau pasukan tersebut adalah boneka jerami menyerang boneka-boneka tersebut dengan ribuan panah. Malam selanjutnya, trik ini dilakukan kembali. Akibat peristiwa ini, Zhang Xun mendapatkan puluhan ribu anak panah. Zhang Xun kemudian mengirimkan 500 orang pasukan terbaiknya untuk menyerang perkemahan An Lushang. Menganggap pasukan tersebut sebagai jerami, An Lushang tidak menganggap serius pasukan tersebut. An Lushang baru sadar kalau tentara tersebut asli ketika 500 tentara Zhang Xun tersebut berhasil memporakporandakan perkemahannya.


Studi Kasus Peperangan II

Kasus berikutnya adalah Peperangan yang sangat terkenal, yakni Peperangan di Tebing Merah/Red Cliff yang juga diabadikan dalam Film. Kehebatan Strategi Zhuge Liang Mengumpulkan 100.000 Anak Panah dengan menciptakan sesuatu yang tidak ada (ilusi). Sangat menarik dianalisis.

Jujur saya mengagumi Zhuge Liang, dia ahli strategi yang pintar dan cerdas.  Kemampuannya membaca pikiran lawan, memancing emosi lawan dan membawanya ke dalam perangkapnya sungguh luar biasa.  Dia juga memahami astronomi, geografi, ramalan cuaca, prinsip yin dan yang, formasi dalam pertempuran, begitu juga susunan strategi tentara.  Oleh karenanya strateginya selalu jitu, bahkan saat meninggalnya pun ia masih sanggup mengelabuhi dan membuat mundur lawannya dengan strateginya Serangga Melepaskan Kulit.

Saya sudah membaca strategi ini berkali-kali tapi tetap saja selalu menarik dan membuatku kagum. Berikut kisahnya:

Pada zaman Tiga Kerajaan selalu dirundung peperangan, yakni negara Wei di sebelah Utara, negara Shu di sebelah Barat Daya, dan negara Wu di sebelah Selatan.

Pada suatu waktu, negara Wei mengerahkan tentaranya untuk menyerang negara Wu di sungai Yangtze. Pasukan Wei maju ke daerah yang lokasinya sangat berdekatan dengan negara Wu, kemudian mereka berhenti disana, mendirikan perkemahan dan menunggu kesempatan yang tepat untuk melakukan serangan ke negara Wu. Jika mereka memperoleh kemenangan, rencana selanjutnya adalah menaklukkan negara Shu.

Semenjak tentara negara Wei menjadi sangat kuat dengan memiliki tentara dan senjata dalam jumlah besar, maka negara Shu dan Wu memutuskan untuk bersatu guna menahan serangan dari negara Wei. Zhuge Liang, penasihat kemiliteran untuk negara Shu, menuju ke negara Wu untuk menyusun strategi militer bersama dengan Zhou Yu, Jenderal negara Wu, untuk bersatu berperang melawan musuh.

Bagaimanapun juga, Zhou Yu sangat cemburu pada keahlian Zhuge Liang. Ketika Zhou dan Zhuge sedang mendiskusikan tentang rencana strategi, Zhou bertanya, “Senjata militer apa yang akan kita gunakan saat bertempur melawan pasukan Cao Cao di sungai?”
Zhuge menjawab, “Busur dan anak panah adalah senjata yang terbaik.”

Zhou berkata, “Baiklah, saya akan mempertimbangkan pendapat Anda, tetapi kita hanya memiliki sedikit persediaan anak panah. Apakah saya dapat mempercayai Anda untuk membuat seratus ribu buah anak panah? Ini adalah pekerjaan yang benar-benar mendesak. Saya berharap Anda dapat membantu saya dan menerima pekerjaan ini.”

Zhuge menjawab, “Baiklah, saya akan menerima perintah Anda dan melakukannya. Kapan Anda membutuhkan anak-anak panah tersebut?” Zhou mengatakan, “Dapatkah Anda menyelesaikan pekerjaan tersebut dalam waktu sepuluh hari?”
Zhuge berkata, “Baiklah, karena pertempuran akan berlangsung sebentar lagi, kita akan mengalami kekalahan jika kita menghabiskan 10 hari untuk membuat anak-anak panah tersebut.” Zhou Yu kemudian bertanya, “Tuan, berapa lamakah waktu yang Anda butuhkan untuk membuat 100.000 anak panah?” Zhuge kemudian menjawab, “Saya hanya membutuhkan waktu tiga hari.”

Zhou sangat tercengang dan mengatakan, “Kita berada tepat pada tengah malam dan tidak boleh mempermainkan satu sama lain. Jangan bercanda” Zhuge menjawab, “Tidak, saya tidak berani bergurau pada saat kritis seperti ini. Saya bersedia menulis sebuah surat perjanjian: Jika saya tidak mampu membuat 100.000 buah anak panah dalam tiga hari, maka saya bersedia untuk dihukum.”

Zhou sangat bahagia mendengarnya. Dia membuat Zhuge menulis surat perjanjian dan kemudian menghiburnya dengan minuman anggur serta makanan enak. Di meja perjamuan, Zhuge berkata, “Sekarang hari sudah larut malam, oleh sebab tiga hari terhitung mulai besok, kerahkan 500 orang tentara menuju pinggir sungai untuk mengumpulkan anak panah.” Setelah meneguk sedikit cangkir minuman anggur lagi, Zhuge Liang kemudian beranjak pergi.

Sesudah Zhuge Liang menerima tugas tersebut, Dia tidak kelihatan cemas tentang bagaimana cara memenuhi perintah tersebut. Dia mengatakan kepada Lu Su, seorang menteri dari negara Wu yang memiliki sikap bersahabat terhadapnya, bahwa sangatlah mustahil membuat begitu banyak anak panah dalam waktu singkat seperti itu dengan memakai cara yang konvensional. Maka Zhuge kemudian meminta Lu Su membuatkan 20 buah kapal kecil dan menempatkan 30 orang tentara pada masing-masing kapal tersebut.

Kapal-kapal tersebut ditutupi kain hitam dan dibuatkan orang-orangan dari jerami lalu diletakkannya di setiap sisi kapal. Zhuge kemudian memohon Lu berulang kali agar menyimpan rencana rahasianya. Lu menyiapkan segala hal keperluan yang dibutuhkan Zhuge tanpa mengetahui apa-apa tentang rencana tersebut.


Zhuge Liang mengatakan bahwa dia akan memiliki 100.000 buah anak panah yang akan siap dalam tiga hari.  Akan tetapi pada hari pertama dia tidak membuat anak panah satu pun dan begitu pula pada hari kedua tidak ada satu anak panah apapun. Tepat di hari ketiga dan masih belum ada satu anak panahpun terlihat.

Semua orang mulai khawatir terhadap Zhuge. Jika dia tidak dapat menghasilkan anak-anak panah tersebut, dia akan kehilangan hidupnya. Pada tengah malam di hari kedua, Zhuge mempersilakan Lu naik ke kapal kecil dan kemudian Lu bertanya mengapa dia diundang naik ke atas kapal tersebut.

Zhuge menjawab bahwa dia ingin Lu pergi bersamanya untuk mengumpulkan anak panah. Lu Su seketika menjadi bingung dan bertanya, “Kemana kita akan pergi untuk mendapatnya?” Zhuge kemudian tersenyum dan berkata, “Ketika waktunya tiba, Anda akan mengerti.” Kemudian Zhuge memberikan perintah untuk menghubungkan dua puluh kapal tersebut dengan tali kemudian mulai bergerak maju ke arah kamp tentara Wei.

Malam itu berkabut tebal. Kabut kian menjadi lebih tebal, semakin cepat kapal-kapal tersebut mendekati perairan, seperti apa yang diperintahkan oleh Zhuge Liang. Ketika mereka telah mendekati kamp tentara Wei, Zhuge memberikan perintah agar kapal-kapal tersebut ditempatkan berbaris berhadapan searah horizontal di sepanjang tepi sungai. Tentaranya memukul keras genderang dan berteriak memberi aba-aba.

Lu Su sangat ketakutan setengah mati dan berkata kepada Zhuge, “Kita hanya memiliki 20 kapal kecil dan sekitar 300 orang tentara. Jika tentara Wei menyerang kita, kita sudah pasti habis terbunuh.” Tapi Zhuge berkata sambil tersenyum, “Saya bertaruh kalau pasukan tentara Wei tidak akan berani menyerang dengan cuaca berkabut tebal seperti ini. Kita dapat menikmati minuman kita di sini.

Jenderal pasukan Wei, Cao Cao, mendengar suara drum dan sorak-sorai dan memerintahkan pasukan tentaranya agar tidak menyerang karena kondisi kabut yang terlalu tebal membuat kesulitan melihat situasi. Dia malah memerintahkan pasukan pemanahnya agar menembakkan anak panah guna mencegah kedatangan musuh yang terlalu dekat.

Cao Cao memerintahkan lebih dari 10.000 pasukan pemanah untuk menembakkan anak panah ke arah sungai. Dengan segera, orang-orangan jerami di atas kapal dipenuhi dengan anak panah. Zhuge Liang menyuruh kapal untuk berputar balik agar orang-orangan jerami pada sisi kapal sebelahnya mendapat anak panah juga dari tentara Wei. Dalam waktu singkat semua orang-orangan jerami tersebut terisi oleh anak panah.


Di saat hari mulai menjelang dinihari, kabut masih terlihat tebal. Zhuge Liang menyuruh pasukan tentaranya berteriak dengan suara sekeras mungkin, “Terima kasih Perdana Menteri Cao karena Anda telah memberi kami begitu banyak anak panah.” Mereka dengan segera berlayar kembali ke pinggir selatan sungai. Sebelum Cao Cao sadar bahwa dia telah diperdaya, arus sungai telah mendorong kapal Zhuge dan dengan segera mereka telah berlayar jauh lebih dari 10 kilometer, dan sudah terlalu terlambat bagi Cao Cao untuk mengejar mereka.

Ketika kapal tiba di pangkalan Wu, ada 500 tentara Jenderal Zhou Yu menunggu di atas pinggir sungai guna mengumpulkan anak-anak panah tersebut. Jumlah anak panah yang terkumpul berjumlah lebih dari 100.000. Zhou Yu mengatakan dengan desah panjang dan berat, “Zhuge Liang mempunyai pemikiran jauh ke depan dan strategi yang cerdik seperti seorang dewa. Saya bukanlah tandingan baginya."

Lu Su berkata kepada Zhuge Liang, “Tuan, Anda adalah seorang paranormal, bukan seorang manusia! Bagaimana Anda dapat mengetahui bahwa akan ada kabut tebal?”

Zhuge menjawab, “Sebagai seorang jenderal, sudah semestinya mengetahui tentang ilmu astronomi, geografi, ramalan cuaca, prinsip yin dan yang, formasi dalam pertempuran, begitu juga susunan strategi tentara, atau di lain hal dia juga baik tanpa pamrih. Saya tahu tiga hari ke depan bahwa akan ada kabut tebal sehingga itulah alasan mengapa saya berani menyetujui batas waktu tiga hari.” Mendengar ini, Lu Su semakin mengagumi keahlian Zhuge Liang.

(***)



Studi Kasus Bisnis

Melalui suatu survey pasar, perusahaan Amerika Coleco berkesimpulan bahwa akan ada pertumbuhan permintaan untuk “boneka-boneka sentimentil”. Mereka menciptakan boneka anak-anak Cabbage Patch yang dirancang khusus. Tidak seperti boneka lain, boneka tersebut digambar dan dirancang dengan komputer, memiliki penampilan dan tatanan rambut khusus dan pakaian yang khusus pula.

Tingkat perceraian di Amerika sangatlah tinggi. Hal ini menyebabkan banyak orang hidup sendiri dan memberikan kekosongan di dalam hidup mereka. Perusahaan Coleco memanfaatkan hal ini untukmembuat boneka-boneka Cabbage Patch seolah anak adopsi. Setiap boneka Cabbage Patch memiliki akte kelahiran sendiri, nama, stempel tangan, stempel kaki dan bahkan bidan yang membantu kelahirannya. Pembeli harus menandatangani surat adopsi, kemudian harus menuliskan statusnya sebagai ayah atau ibu adopsi. Coleco juga memperkenalkan aksesoris-aksesoris yang berhubungan dengan boneka Cabbage Patch seperti seprei, kereta bayi, popok, dan barang lainnya. Hal ini membuat penjualan boneka tersebut meningkat drastis.

Kasus Lain

Liberalis dan Atheis menggunakan sesuatu yang tak berharga seperti film - film Fiksi hiburan diskotik membuat seolah - olah mereka bukan ancaman, akan tetapi dalam film tersebut diselipkan berbagai penghacuran moral seperti Film Bikini orang telanjang di Pantai, sadisme dalam film horror Atau anda mungkin tidak sadar dalam film Bom Bali Seorang bule mengatakan " Seseorang bisa menjadikan orang lain sebagai TUHANnya O.o...." ketika dia mengobrol dengan supir Taksi dalam adegan tersebut? , O, ooo penyisipan..... dalam alam bawah sadar ucapan tersebut direkam oleh anak anak dan remaja kita yang sedang menonton.

Poin apa yang kita dapatkan:

  1. Gunakan tipu daya untuk mengecoh pihak lain.  Lakukan itu setidaknya sekali atau dua kali, dan selanjutnya pada trik yang ketiga adalah serangan yang sesungguhnya.
  2. Jangan sering-sering menggunakan tipu daya semacam ini karena pihak lawan sudah bisa menebak dan melakukan antisipasi.
  3. Jika pihak lawan sangat bernafsu untuk menyerang padahal situasi belum jelas ibarat gelapnya malam, ambilah peluang itu.  Pancing agar mereka menyerang sesuatu yang kosong, biarkan mereka menumpahkan emosi dan energinya, biarkan mereka menumpahkan anak panahnya pada boneka jerami dan itu akan menjadi modal kita untuk menyerang balik nantinya.
  4. Ulangi sekali lagi tipu daya kita, lalu lihat reaksinya.  Jika mereka tidak terpancing maka artinya mereka sudah sadar, dan cenderung akan menganggap trik yang berikutnya adalah tipuan juga.  Lalu mereka menyepelekan pada trik yang ketiga.  Inilah saatnya mereka lengah dan moment yang tepat untuk kita menyerang yang sesungguhnya.

Posting Komentar

[disqus][facebook][blogger]

MKRdezign

y

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Gambar tema oleh Nikada. Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget