Lakukan trik dan tipuan untuk mensiasati musuh. Ketika trik dan tipuan tersebut terbongkar, buat tipuan menjadi kenyataan. Menutupi kebenaran dengan tipuan akan mensiasati musuh. Serang musuh ketika penjagaannya lemah. Anda menggunakan tipu daya yang sama dua kali. Setelah bereaksi terhadap tipuan pertama dan –biasanya- kedua, musuh akan ragu-ragu untuk bereaksi pada tipuan yang ketiga. Oleh karenanya, tipuan ketiga adalah serangan sebenarnya untuk menangkap musuh saat pertahanannya lemah. Buatlah sesuatu untuk hal kosong atau sebuah ilusi.
Untuk memahami bagaimana strategi dan taktik ini diaplikasikan atau diterapkan dalam bidang mana pun. Entah Aplikasinya dalam dunia perang/militer, politik, bisnis, percintaan, dan keseharian kita. Jangan berhenti, teruslah membaca sampai tuntas.
Studi Kasus
Peperangan I
Di era Dinasti Tang,
terjadi pemberontakan yang dibawahi oleh An Lushang. An Lushang menyerang Kota
Yongniu yang saat itu dipertahankan oleh Jenderal Zhang Xun. Zhang Xun
mulai khawatir ketika sadar kalau tentaranya kehabisan anak panah. Untuk
menyiasati hal ini, Zhang Xun kemudian membuat ribuan buah boneka jerami.
Ketika malam tiba, Zhang Xun meletakkan boneka jerami tersebut di
pinggir kota, menggantungnya di dinding benteng sementara yang lain disimpan di
tepi dinding benteng. Dia kemudian menyuruh
anak buahnya berteriak seolah mau menyerang pasukan An Lushang pada malam hari.
An Lushang yang tidak menyadari kalau pasukan tersebut adalah
boneka jerami menyerang boneka-boneka tersebut dengan ribuan panah. Malam selanjutnya, trik ini dilakukan
kembali. Akibat peristiwa ini, Zhang Xun mendapatkan puluhan ribu anak
panah. Zhang Xun kemudian mengirimkan 500 orang pasukan terbaiknya untuk
menyerang perkemahan An Lushang. Menganggap pasukan tersebut sebagai
jerami, An Lushang tidak menganggap serius pasukan tersebut. An Lushang
baru sadar kalau tentara tersebut asli ketika 500 tentara Zhang Xun tersebut
berhasil memporakporandakan perkemahannya.
Studi Kasus Peperangan
II
Kasus berikutnya adalah Peperangan yang sangat terkenal, yakni
Peperangan di Tebing Merah/Red Cliff yang juga diabadikan dalam Film. Kehebatan
Strategi Zhuge Liang Mengumpulkan 100.000 Anak Panah dengan menciptakan sesuatu
yang tidak ada (ilusi). Sangat menarik dianalisis.
Jujur saya mengagumi Zhuge Liang, dia ahli strategi yang pintar
dan cerdas. Kemampuannya membaca pikiran
lawan, memancing emosi lawan dan membawanya ke dalam perangkapnya sungguh luar
biasa. Dia juga memahami astronomi,
geografi, ramalan cuaca, prinsip yin dan yang, formasi dalam pertempuran,
begitu juga susunan strategi tentara.
Oleh karenanya strateginya selalu jitu, bahkan saat meninggalnya pun ia
masih sanggup mengelabuhi dan membuat mundur lawannya dengan strateginya
Serangga Melepaskan Kulit.
Saya sudah membaca strategi ini berkali-kali tapi tetap saja
selalu menarik dan membuatku kagum. Berikut kisahnya:
Pada zaman Tiga Kerajaan selalu dirundung peperangan, yakni negara
Wei di sebelah Utara, negara Shu di sebelah Barat Daya, dan negara Wu di
sebelah Selatan.
Pada suatu waktu, negara Wei mengerahkan tentaranya untuk
menyerang negara Wu di sungai Yangtze. Pasukan Wei maju ke daerah yang
lokasinya sangat berdekatan dengan negara Wu, kemudian mereka berhenti disana,
mendirikan perkemahan dan menunggu kesempatan yang tepat untuk melakukan
serangan ke negara Wu. Jika mereka memperoleh kemenangan, rencana selanjutnya
adalah menaklukkan negara Shu.
Semenjak tentara negara Wei menjadi sangat kuat dengan memiliki
tentara dan senjata dalam jumlah besar, maka negara Shu dan Wu memutuskan untuk
bersatu guna menahan serangan dari negara Wei. Zhuge Liang, penasihat
kemiliteran untuk negara Shu, menuju ke negara Wu untuk menyusun strategi
militer bersama dengan Zhou Yu, Jenderal negara Wu, untuk bersatu berperang
melawan musuh.
Bagaimanapun juga, Zhou Yu sangat cemburu pada keahlian Zhuge
Liang. Ketika Zhou dan Zhuge sedang mendiskusikan tentang rencana strategi,
Zhou bertanya, “Senjata militer apa yang akan kita gunakan saat bertempur
melawan pasukan Cao Cao di sungai?”
Zhuge menjawab, “Busur dan anak panah adalah senjata yang
terbaik.”
Zhou berkata, “Baiklah, saya akan mempertimbangkan pendapat Anda,
tetapi kita hanya memiliki sedikit persediaan anak panah. Apakah saya dapat
mempercayai Anda untuk membuat seratus ribu buah anak panah? Ini adalah
pekerjaan yang benar-benar mendesak. Saya berharap Anda dapat membantu saya dan
menerima pekerjaan ini.”
Zhuge menjawab, “Baiklah, saya akan menerima perintah Anda dan
melakukannya. Kapan Anda membutuhkan anak-anak panah tersebut?” Zhou
mengatakan, “Dapatkah Anda menyelesaikan pekerjaan tersebut dalam waktu sepuluh
hari?”
Zhuge berkata, “Baiklah, karena pertempuran akan berlangsung
sebentar lagi, kita akan mengalami kekalahan jika kita menghabiskan 10 hari
untuk membuat anak-anak panah tersebut.” Zhou Yu kemudian bertanya, “Tuan,
berapa lamakah waktu yang Anda butuhkan untuk membuat 100.000 anak panah?”
Zhuge kemudian menjawab, “Saya hanya membutuhkan waktu tiga hari.”
Zhou sangat tercengang dan mengatakan, “Kita berada tepat pada
tengah malam dan tidak boleh mempermainkan satu sama lain. Jangan bercanda” Zhuge
menjawab, “Tidak, saya tidak berani bergurau pada saat kritis seperti ini. Saya
bersedia menulis sebuah surat perjanjian: Jika saya tidak mampu membuat 100.000
buah anak panah dalam tiga hari, maka saya bersedia untuk dihukum.”
Zhou sangat bahagia mendengarnya. Dia membuat Zhuge menulis surat
perjanjian dan kemudian menghiburnya dengan minuman anggur serta makanan enak.
Di meja perjamuan, Zhuge berkata, “Sekarang hari sudah larut malam, oleh sebab
tiga hari terhitung mulai besok, kerahkan 500 orang tentara menuju pinggir
sungai untuk mengumpulkan anak panah.” Setelah meneguk sedikit cangkir minuman
anggur lagi, Zhuge Liang kemudian beranjak pergi.
Sesudah Zhuge Liang menerima tugas tersebut, Dia tidak kelihatan
cemas tentang bagaimana cara memenuhi perintah tersebut. Dia mengatakan kepada
Lu Su, seorang menteri dari negara Wu yang memiliki sikap bersahabat
terhadapnya, bahwa sangatlah mustahil membuat begitu banyak anak panah dalam
waktu singkat seperti itu dengan memakai cara yang konvensional. Maka Zhuge
kemudian meminta Lu Su membuatkan 20 buah kapal kecil dan menempatkan 30 orang
tentara pada masing-masing kapal tersebut.
Kapal-kapal tersebut ditutupi kain hitam dan dibuatkan
orang-orangan dari jerami lalu diletakkannya di setiap sisi kapal. Zhuge
kemudian memohon Lu berulang kali agar menyimpan rencana rahasianya. Lu
menyiapkan segala hal keperluan yang dibutuhkan Zhuge tanpa mengetahui apa-apa
tentang rencana tersebut.
Zhuge Liang mengatakan bahwa dia akan memiliki 100.000 buah anak
panah yang akan siap dalam tiga hari.
Akan tetapi pada hari pertama dia tidak membuat anak panah satu pun dan
begitu pula pada hari kedua tidak ada satu anak panah apapun. Tepat di hari
ketiga dan masih belum ada satu anak panahpun terlihat.
Semua orang mulai khawatir terhadap Zhuge. Jika dia tidak dapat
menghasilkan anak-anak panah tersebut, dia akan kehilangan hidupnya. Pada
tengah malam di hari kedua, Zhuge mempersilakan Lu naik ke kapal kecil dan
kemudian Lu bertanya mengapa dia diundang naik ke atas kapal tersebut.
Zhuge menjawab bahwa dia ingin Lu pergi bersamanya untuk
mengumpulkan anak panah. Lu Su seketika menjadi bingung dan bertanya, “Kemana
kita akan pergi untuk mendapatnya?” Zhuge kemudian tersenyum dan berkata,
“Ketika waktunya tiba, Anda akan mengerti.” Kemudian Zhuge memberikan perintah
untuk menghubungkan dua puluh kapal tersebut dengan tali kemudian mulai
bergerak maju ke arah kamp tentara Wei.
Malam itu berkabut tebal. Kabut kian menjadi lebih tebal, semakin
cepat kapal-kapal tersebut mendekati perairan, seperti apa yang diperintahkan
oleh Zhuge Liang. Ketika mereka telah mendekati kamp tentara Wei, Zhuge
memberikan perintah agar kapal-kapal tersebut ditempatkan berbaris berhadapan
searah horizontal di sepanjang tepi sungai. Tentaranya memukul keras genderang
dan berteriak memberi aba-aba.
Lu Su sangat ketakutan setengah mati dan berkata kepada Zhuge,
“Kita hanya memiliki 20 kapal kecil dan sekitar 300 orang tentara. Jika tentara
Wei menyerang kita, kita sudah pasti habis terbunuh.” Tapi Zhuge berkata sambil
tersenyum, “Saya bertaruh kalau pasukan tentara Wei tidak akan berani menyerang
dengan cuaca berkabut tebal seperti ini. Kita dapat menikmati minuman kita di
sini.
Jenderal pasukan Wei, Cao Cao, mendengar suara drum dan
sorak-sorai dan memerintahkan pasukan tentaranya agar tidak menyerang karena
kondisi kabut yang terlalu tebal membuat kesulitan melihat situasi. Dia malah
memerintahkan pasukan pemanahnya agar menembakkan anak panah guna mencegah
kedatangan musuh yang terlalu dekat.
Cao Cao memerintahkan lebih dari 10.000 pasukan pemanah untuk
menembakkan anak panah ke arah sungai. Dengan segera, orang-orangan jerami di
atas kapal dipenuhi dengan anak panah. Zhuge Liang menyuruh kapal untuk
berputar balik agar orang-orangan jerami pada sisi kapal sebelahnya mendapat
anak panah juga dari tentara Wei. Dalam waktu singkat semua orang-orangan
jerami tersebut terisi oleh anak panah.
Di saat hari mulai menjelang dinihari, kabut masih terlihat tebal.
Zhuge Liang menyuruh pasukan tentaranya berteriak dengan suara sekeras mungkin,
“Terima kasih Perdana Menteri Cao karena Anda telah memberi kami begitu banyak
anak panah.” Mereka dengan segera berlayar kembali ke pinggir selatan sungai.
Sebelum Cao Cao sadar bahwa dia telah diperdaya, arus sungai telah mendorong
kapal Zhuge dan dengan segera mereka telah berlayar jauh lebih dari 10
kilometer, dan sudah terlalu terlambat bagi Cao Cao untuk mengejar mereka.
Ketika kapal tiba di pangkalan Wu, ada 500 tentara Jenderal Zhou
Yu menunggu di atas pinggir sungai guna mengumpulkan anak-anak panah tersebut.
Jumlah anak panah yang terkumpul berjumlah lebih dari 100.000. Zhou Yu
mengatakan dengan desah panjang dan berat, “Zhuge Liang mempunyai pemikiran
jauh ke depan dan strategi yang cerdik seperti seorang dewa. Saya bukanlah
tandingan baginya."
Lu Su berkata kepada Zhuge Liang, “Tuan, Anda adalah seorang
paranormal, bukan seorang manusia! Bagaimana Anda dapat mengetahui bahwa akan
ada kabut tebal?”
Zhuge menjawab, “Sebagai seorang jenderal, sudah semestinya
mengetahui tentang ilmu astronomi, geografi, ramalan cuaca, prinsip yin dan
yang, formasi dalam pertempuran, begitu juga susunan strategi tentara, atau di
lain hal dia juga baik tanpa pamrih. Saya tahu tiga hari ke depan bahwa akan
ada kabut tebal sehingga itulah alasan mengapa saya berani menyetujui batas
waktu tiga hari.” Mendengar ini, Lu Su semakin mengagumi keahlian Zhuge Liang.
(***)
Studi Kasus Bisnis
Melalui suatu survey pasar,
perusahaan Amerika Coleco berkesimpulan bahwa akan ada pertumbuhan
permintaan untuk “boneka-boneka sentimentil”. Mereka menciptakan boneka
anak-anak Cabbage Patch yang dirancang khusus. Tidak seperti boneka lain,
boneka tersebut digambar dan dirancang dengan komputer, memiliki penampilan dan
tatanan rambut khusus dan pakaian yang khusus pula.
Tingkat perceraian di
Amerika sangatlah tinggi. Hal ini menyebabkan banyak orang hidup
sendiri dan memberikan kekosongan di dalam hidup mereka. Perusahaan Coleco
memanfaatkan hal ini untukmembuat boneka-boneka Cabbage Patch seolah anak adopsi.
Setiap boneka Cabbage Patch memiliki akte kelahiran sendiri, nama, stempel
tangan, stempel kaki dan bahkan bidan yang membantu kelahirannya. Pembeli
harus menandatangani surat adopsi, kemudian harus menuliskan statusnya sebagai
ayah atau ibu adopsi. Coleco juga memperkenalkan aksesoris-aksesoris yang
berhubungan dengan boneka Cabbage Patch seperti seprei, kereta bayi, popok, dan
barang lainnya. Hal ini membuat penjualan boneka tersebut meningkat drastis.
Kasus Lain
Liberalis dan Atheis
menggunakan sesuatu yang tak berharga seperti film - film Fiksi hiburan
diskotik membuat seolah - olah mereka bukan ancaman, akan tetapi dalam film
tersebut diselipkan berbagai penghacuran moral seperti Film Bikini orang
telanjang di Pantai, sadisme dalam film horror Atau anda mungkin tidak sadar
dalam film Bom Bali Seorang bule mengatakan " Seseorang bisa menjadikan
orang lain sebagai TUHANnya O.o...." ketika dia mengobrol dengan supir
Taksi dalam adegan tersebut? , O, ooo penyisipan..... dalam alam bawah sadar
ucapan tersebut direkam oleh anak anak dan remaja kita yang sedang menonton.
Poin apa yang kita
dapatkan:
- Gunakan tipu daya untuk
mengecoh pihak lain. Lakukan itu
setidaknya sekali atau dua kali, dan selanjutnya pada trik yang ketiga
adalah serangan yang sesungguhnya.
- Jangan sering-sering
menggunakan tipu daya semacam ini karena pihak lawan sudah bisa menebak
dan melakukan antisipasi.
- Jika pihak lawan sangat bernafsu untuk menyerang padahal situasi belum jelas ibarat gelapnya malam, ambilah peluang itu. Pancing agar mereka menyerang sesuatu yang kosong, biarkan mereka menumpahkan emosi dan energinya, biarkan mereka menumpahkan anak panahnya pada boneka jerami dan itu akan menjadi modal kita untuk menyerang balik nantinya.
- Ulangi sekali lagi tipu daya kita, lalu lihat reaksinya. Jika mereka tidak terpancing maka artinya mereka sudah sadar, dan cenderung akan menganggap trik yang berikutnya adalah tipuan juga. Lalu mereka menyepelekan pada trik yang ketiga. Inilah saatnya mereka lengah dan moment yang tepat untuk kita menyerang yang sesungguhnya.
Posting Komentar